Shadow
Main Cast : Sehun, Yoona, Suho, Taeyeon (?)
Genre : sad, hurt, romance, flashback
Rating : 18+
Length : chapter
Desclaimer : murni dari pikiranku sendiri. Cast milik Tuhan dan orang tua mereka. Dilarang memPLAGIAT!
link poster : http://hsgseasondua.files.wordpress.com/2014/05/shadow2.png (ladyoong @HSG)
disini ceritanya Sehun-Taeyeon umurnya sama. Yoona-Suho umurnya satu tahun lebih muda dari Sehun
semuanya Sehun pov
nb : gak jelas, aneh, typo
okay! HAPPY READING!
“YAK! Apa yang kau
lakukan bodoh?!”
“mwoeya??! Minggir!!”
Namja itu hanya
memandang kesal yeoja yang ada didepannya
Hampir terjatuh tetapi
tangan panjang itu menariknya, dengan posisi tetap membungkuk dan menatap yeoja
itu dengan wajah diamnya
“lepas!!” teriak sang
yeoja
Buuk
“yak! Sehun! Kenapa
kau berbuat seperti itu?!” kesalnya
“kau mengatakan agar
aku melepaskanmu, bodoh!” kesal namja bernama Sehun tak mau kalah lalu pergi
meninggalkan gadis itu ditengah jalan remang dan gelap itu
Braaakk
nafasnya tiba-tiba
tercekat...sedetik kemudian “Taeyeon!!” teriaknya,
“Taeyeon...kajima...kajima”
kata Sehun berulang-ulang
Darah segar itu
mengalir dengan gembiranya dari kepala Taeyeon
“uljima, aku
tidak...akan pergi, bodoh” jawab yeoja bernama Taeyeon itu sedikit tersenggal
Wajah Sehun
benar-benar hampir ingin menangis
“wae, Sehun? Jangan
menangis”, Taeyeon mengusap wajah Sehun lembut
“aku...aku men...”,
Taeyeon meletakkan jemari tanggannya dibibir Sehun, “aku tahu Sehun dan aku
juga tapi itu tidak mungkin”, ucapan Taeyeon semakin melemas
“Taeng! Taeng!
Kajimaa!! Kajima... jangan tinggalkan aku!!” teriaknya terus menerus.
Itu lima tahun yang lalu, sekarang? Entahlah aku hanya
merasa hidupku semakin datar saja, tanpa ada perasaan senang, gembira, sedih,
terharu, marah, kesal dan lain sebagainya. Disaat orang lain memberiku selamat
karena aku berhasil menjadi seorang dokter aku hanya tersenyum kecil,
perasaanku tak bisa mengatakan bahwa saat itu aku sedang bahagia.
Sejak yeoja itu pergi, aku menjadi tak banyak bicara. Dia
alasanku bicara, dia alasanku tersenyum dan bahkan dia alasanku menjadi seperti
sekarang.
“kau ingin yeoja yang
sepeti apa?” tanya gadis itu antusias dihadapan sahabatnya ini
Sehun hanya
mengernyitkan wajahnya tak mengerti
“mwoya? Maksudku kau
ingin seorang yang menjadi pendamping hidupmu seperti apa?”
“molla” jawab Sehun
cuek
“apa-apaan kau ini?
Bagaimana bisa kau tak memiliki gadis impian?” kesal Taeyeon
“kau sendiri, memang
punya?” kataku mengejek
“tentu saja, bodoh!”
kesalnya, “aku ingin namjaku itu seorang dokter”
“wae?”
“karna aku senang
dengan jas warna putihnya”
“jinja? Kau ingin
namja seorang dokter dengan alasan seperti itu? Konyol!” cibir Sehun
“itu jauh lebih baik
darimu!” ejek Taeyeon
Kenangan itu menusuk kembali kedalam kehidupan sunyiku,
kenangan yang selalu datang dan pergi tanpa meminta ijin dan keluar dengan
seenaknya. Dia terus membayangiku, selalu seperti itu... Kim Taeyeon saranghae
“Sehun oppa!!”
“Krystal, panggil dia ajusshi” kata wanita disamping gadis
kecil itu
“molla, Sehun oppa masih muda, jadi aku harus memanggilnya
oppa” jawab Krystal memanyunkan bibirnya
“tak apa, nyonya Jung” kataku tersenyum
“oppa... apa kau akan memberiku hadiah?” tanya Krystal
antusias
“ohh... tentu saja oppa akan memberikanmu hadiah tapi kau
oppa periksa dulu” kataku tersenyum
“bagaimana, dok?” tanya nyonya Jung khawatir
“nyonya, kita akan melihat hasilnya seminggu kemudian. Apa
dia hujan-hujanan?”
“ne... aku tak tahu saat itu jika sekolahnya pulang lebih
awal dan saat itu keadaan hujan, tiba-tiba saja dia sampai dirumah dengan
keadaan basah kuyup dan wajahnya sangat pucat” terangnya sedih
Aku merasakan perasaan takut kehilangan yang terpancar dari
wajah nyonya Jung ini
“dia akan bertahan kan, dok?” tanya nyonya Jung memelas
“kita akan melihat hasilnya seminggu lagi, nyonya” jawabku
berusaha tersenyum tenang.
Hari ini aku pulang larut, keadaan rumah sakit juga sudah
sepi hanya beberapa orang yang mempunyai shift malam yang ada disini. Aku
sedikit berlari ketempat parkir. Lenggang sekali...
“bagaimana
pekerjaanmu?” tanya appa ketika kami sarapan keesokan paginya
“Sehun... aku bertanya padamu bukan Soora”, aku mengangkat
wajahku “baik” jawaban singkat tapi itu cukup bukan?
“bagaimana kesehatanmu?”, aku menatap appaku “baik”
“bagaimana kabarmu?”, aku terdiam mendengar pertanyaan itu,
yang aku pikirkan dari jawaban itu adalah ‘tidak baik, sangat tidak baik’
“aku tahu jawabannya” kata appanya mengerti
“oppa! Kapan kau akan move on?” celetuk Suli tiba-tiba
Aku berhenti mengunyah dan menatap Suli datar, “sampai kau
dewasa dan menjadi istriku”
“mwo?!” kaget Suli, tentu saja dia mengerti itu hanya sebuah
lelucon
“jangan bercanda, hyung” Baekhyun menimpali
“aku mana mau dengan oppa! Oppa saja tidak cepat move on aku
yakin yeoja lain juga tak akan mau dengan oppa jika oppa seperti itu!” kata
Suli dengan entengnya itu adalah sebuah sayatan yang cukup dalam utukku
“siapa bilang tak ada yang mau dengan dongsaengku yang
tampan satu ini? Tentu saja ada yang mau Suli” Soora noona juga ikut menimpali
“yaah... kita buktikan eonni”
Aku benci percakapan ini tapi aku berusaha meredamnya, aku
tahu mereka hanya membantuku untuk melupakan gadis bernama Kim Taeyeon itu tapi
ini sudah lima tahun dan aku belum bisa melupakannya sama sekali. Naas bukan?
Aku berdiri dari dudukku, karna memang sarapanku sudah
selesai
“jangan pulang larut, appa ingin membicarakan sesuatu
denganmu” tegur appaku, aku hanya diam tak menjawabnya dan melanjutkan jalanku
Aku melajukan mobilku dengan sangat pelan. Ohh... apa yang
aku lakukan? Aku bukan berbelok untuk kerumah sakit tetapi mobilku aku lajukan
kearah lurus. Aku hanya mengikutinya saja, aku tetap melajukan mobilku dering
telepon dari handphone hampir sebesar piring itu tak aku hiraukan sama-sekali.
Karna aku yakin itu Yuri, asistenku.
Lama aku membiarkannya terus menerus, aku tak tahan dengan
bunyinya
“...”
“...”
“aku mengambil cuti hari ini”
“...”
“terserah”
Aku hampir lupa jika aku sedang menyetir
Braakk
Omo? Apa aku menabrak seseorang?
Aku segera keluar dari mobilku dan benar saja, seorang
wanita setengah baya dengan sepedanya
“nyonya, gwenchana?” tanyaku sedikit khawatir, aku bergegas
membantu mengangkat sepeda yang nyonya itu tumpangi
Aku ingat...ketika Taeyeon tertabrak oleh mobil sialan itu
“ah... gwenchana” nyonya itu tersenyum menjawabku
“kita kerumah sakit, nyonya?” tawarku
“ahh...anak muda, tidak perlu, aku baik-baik saja”
“ajhumma!!”, seorang namja berteriak dan mendekat kearahku
dan nyonya yang aku tabrak
“kau?! Menabraknya?!” kata namja itu sengit
“mianhe” kataku singkat
“Yesung, sudah, aku baik-baik saja, cepat kembali selesaikan
pekerjaanmu”
“aku tak apa tuan, lanjutkan saja perjalanan tuan” kata
nyonya itu tetap tersenyum
Aku menghela nafasku dan melajukan mobilku lagi. Pening sekali
kepalaku
“Sehun, kau ini bodoh
sekali sih?” gerutu Taeyeon
“hey! Berhentilah
mengataiku bodoh!” sebal Sehun
“oke...oke... tapi ini
matematika Sehun, ayolah”
“aku malas, Taeng”
“kau tak boleh malas
dan kau sudah tahu apa tujuan hidupmu?”
“mwo? Molla, aku tidak
memikirkannya”
“jinjayo?! Kau harus
memikirkannya!” teriaknya
“ahh... kau ini
berisik sekali, aku malas memikirkannya” terangku
“huh! Jika esok aku
akan menikah denganmu aku akan menolaknya”
“siapa juga yang mau
menikahi yeoja cerewet sepertimu?”
“YAK!!!!”, teriakan
Taeyeon jauh lebih keras daripada sebelumnya.
Ckiiiitttttttt
“Taeyeon, Taeyeon! Taeyeon! TAEYEON!!” teriakku frustasi.
“besok kita makan malam dengan rekan bisnis appa” kata appa
malam itu ketika aku pulang
“ini bukan menyangkut
pekerjaan, ini tentang perjodohanmu dengan anak dari teman bisnis appa”
Aku membulatkan mataku sempurna dan....
“aiiihh... dongsaengku tampan sekali” puji Soora noona
padaku, aku hanya menatapnya sekilas
Aku tidak berkomentar karna aku malas dan juga soal ajakan
appa, aku tak begitu memperdulikannya. Aku keluar dari kamar mendapati Baekhyun berdiri didepan kamarku dengan tuxedonya juga
“Sulli tidak ikut, hyung” katanya parau
“flu?” tanyaku singkat, Baekhyun hanya mengangguk.
“annyeonghaseo, mianhe tuan sedikit terlambat” kata appaku
ramah
Setelah itu aku tak mendengarkan percakapan mereka, duduk
dengan tenang aku menatap hanya kosong
Sampai kapan kau akan seperti ini Oh Sehun??
Pertanyaan itu selalu terngiang, menari-nari, melayang
bahkan kadang tertulis besar seperti banner diotakku. Jika saja waktu itu aku
tak melepaskan tanganku pada tubuhnya, jika saja waktu itu aku membantunya
berdiri dan membawanya kepinggir jalan, jika saja waktu itu aku tak terlalu
egois dan gengsi mungkin dia masih bersamaku, disini, menemaniku tertawa dan
berbincang setiap hari tanpa ada jeda sedikitpun
“ehm... Sehun”, dehem appaku menyadarkanku dari ‘regret’
yang menyeruak masuk kedalam perasaanku tentang kejadian 5 tahun silam. Aku
mengangkat wajahku melihat kearah appaku dan aku mengerti apa yang
diisyaratkannya
“annyeong, Oh Sehun imnida, mianhe karena tadi aku melamun”
kataku memperkenalkan diri, senyuman ini ohh... aku mohon muncullah sebagai
tanda hormat kepada tamu yang ada didepanku
“aku Im Seohyun kau bisa memanggilku ajhumma. Sepertinya kau
seorang namja yang pendiam ya Sehun-ssi?”
Aku hanya mengendikkan kepalaku sedikit dan tentu saja
tersenyum datar
“aku tak percaya Seung Hyun jika anakmu akan menjadi seorang
dokter bukan seorang pengusaha sepertimu”, itu pasti tuan Im suami nyonya Im
yang tersenyum padaku
“tak semua harus berturut pada keturunan Yonghwa”, mereka
tertawa renyah
“hyung” bisik Baekki pelan, aku hanya menatapnya “aku
lapar”, “kau tahu bukan makanan belum siap” jawabku kembali keposisiku semula
“ah...iya Sehun-ssi, perkenalkan ini anakku”, aku menatap
yeoja yang duduk disebelah tuan Im, sedari tadi dia menunduk dan aku menebak
dia sedang memainkan ponselnya
“ahh... annyeong Im YoonA imnida, mianhe aku tidak sopan”
katanya dengan suara rendah
Aku hanya menatapnya datar dengan tatapan yang kosong, jadi
ini wanita yang akan dijodohkan denganku?
Apa appa pikir akan berhasil
menghilangkan bayang-bayang Taeyeon selama ini?
“annyeong Im Kyungsoo imnida”, seorang namja disebelah anak
putri tuan Im itu tersenyum sumringah, sepertinya umurnya tak jauh beda dengan
Baekhyun
Tak sengaja aku menatap yeoja tadi, dia kembali sibuk
menunduk, yang aku pikirkan hanya satu. Dia sedang bermain game
“ahhh...sedikit lagi” dengusnya kecewa
“Yoona... jaga sikapmu” bisik tuan Im yang terdengar jelas
olehku
“Yoona senang bermain games?” tanya eommaku tersenyum
“ne, tapi aku lebih senang membuatnya”
Mataku memang melihat kesegala arah, kadang juga mataku
kosong tetapi telingaku sangat tajam untuk mendengar tiap percakapan
“membuat game?”
“ahh... ajhumma tak perlu terkejut, aku hanya bisa membuat
game dengan opsi dan proses yang mudah saja, aku tak bisa jika aku harus
memilih opsi yang sulit”
“kenapa tak mencobanya?”
“aku belum terlalu berani, ajhumma, aku ingin meningkatkan
kemampuanku terlebih dahulu setelah sunbaeku menyetujui apa itu benar atau tidak”
“aku dengar kau berkuliah di Harvard?”
“hehe...ne”, dari suaranya dia terdengar sedikit malu, ya
aku tahu Harvard itu apa
“kapan kau akan lulus?”
“aku hanya tinggal menyelesaikan skripsiku lalu bulan Juni
aku akan wisuda”
“Sehun sendiri?”, kali ini nyonya Im yang bertanya padaku
“aku lulusan kedokteran Dongguk University dan sekarang aku
bekerja di Seoul Center Hospital”
“waah... itu salah satu rumah sakit terbesar di Korea” kata
nyonya Im tersenyum
“sebagai dokter?”
“spesialis bedah” jawabku datar
“kau tak ingin mengajak Yoona jalan-jalan, Sehun?”
DEG
Tawaran appaku ini benar-benar, aku benar-benar tidak ingin,
aku ingin menolaknya tetapi aku malas berkomentar. Well, aku hanya mengangguk
“noona...” kali ini adiknya yang berbisik
“ne? Ohh...” katanya mengangguk
Dia menatapku datar tetapi sesaat kemudian dia memalingkan
wajahnya dariku.
Kami berjalan beriringan, aku memasukkan tanganku kesaku
celanaku sedangkan gadis disampingku ini?
Dia tetap berkutat pada tabnya
“ahh... eotokke, padahal
ini sudah aku setting, jinjayo, Morino pasti mengubahnya” gerutunya
Kami duduk dibalkon restoran tersebut, angin malam
benar-benar sangat menyenangkan hari ini. Dia memainkan game itu lagi, kalah,
bermain lagi, kalah hingga aku benar-benar gemas dibuat olehnya. Aku menarik
gadgetnya memainkan game tersebut, tak butuh waktu lama aku memenangkannya. Dia
hanya menatapku bingung
“gumawo”
Terlontar seketika, setelah itu hening, hanya suara dari tab
milik yeoja yang tengah duduk disampingku yang terus bergema
“kenapa kau mau dijodohkan?”
Aku meliriknya sekilas, dia memulai pembicaraan? Aku pikir
akan hening seperti ini terus
“kau mendengarkanku, Sehun-ssi?” ulangnya, “aku tidak mau,
tapi aku malas berkomentar”
“dan malas beradu mulut dengan kedua orangtuamu?” tanyanya.
Aku hanya meng-iya-kan, karena memang iya
“wuuiiihh... sama alasan kita, aku juga menolak tetapi
karena salah satu perusahaan game di Inggris memintaku untuk membantu pembuatan
game-nya aku jadi diam saja tak menjawab dan mereka menganggapnya itu jawaban
iya”
“apa hubungannya?” tanyaku, “tentu saja ada, aku sudah
pusing karena memikirkan rancangan game itu jika aku berkomentar dalam
perjodohan ini maka aku akan pusing memikirkan dua masalah” terangnya
“lebih sepele masalah yang mana?”, entah energi darimana
suaraku kembali, aku hanya merasa ringan saja berbicara dengan yeoja weird
didepanku ini
“lebih sepele tentang perjodohan ini, jika kita sama menolak
masalah akan cepat selesai, jika game rancangan itu chipnya salah maka game itu
akan dianggap gagal. Jika game rancangan kami ditolak itu berarti kami akan
rugi sangat besar”
Aku hanya manggut-manggut
“bagaimana denganmu? Kau pasti sudah memiliki yeojachingu
bukan? aku tahu”
“ne, aku sudah mempunyainya” jawabku, “baguslah, tinggal
mengatakan pada orang tua kita jika kita memang tak pantas dijodohkan, selesai.
Aku bisa cepat kembali ke Amerika bersama dengan kertas, buku dan laptop
kesayanganku”
“oh...iya, dimana yeojachingumu? Kenapa tak diajak kemari
saja? Kau kan bisa memperkenalkannya pada orang tuamu?" dia bertanya sangat antusias tetapi terdengar cuek
“heaven, in heaven” jawabku pelan, “mwo? Maksudmu?”
tanyanya, “heaven” ulangku sembari menatap sorot matanya
Mata rusa? Dia memilikinya
“oh...mianhe” katanya enteng menghilangkan senyuman
diwajahnya, “kau sendiri? Bagaimana dengan namjamu?”
“aku? memiliki namjachingu? Wuuaah... semua orang pasti akan
tertawa terbahak-bahak”
“maksudmu?”
“tentu saja, seorang gadis sepertiku mana ada waktu untuk
mengurus hal seperti itu. Tugas kuliah, tugas rumah, kerja sampingan, olimpiade
dan lain sebagainya. Itu saja sudah membuatku pusing apalagi jika aku mempunyai
seorang namja, bisa-bisa dia selingkuh dibelakangku karena aku tak pernah ada
waktu untuknya” jawabnya tertawa kecil
“sesibuk itukah kau?”
“nee... aku menggunakan seluruh hariku utuk mengerjakan
semua yang aku bisa, aku tak mau membuang setiap jam dalam hidupku”
“apa keuntungan kau melakukan itu semua?”
“tentu saja keuntungannya aku sudah bisa mencari uang untuk
diriku sendiri, appa dan eommaku juga tidak terlalu sering mengirimiku uang
kecuali jika sangat terpaksa aku akan meminta mereka. Untuk kerugiannya, kadang
aku merasa sedikit lelah, tapi setelah minum vitamin aku kembali segar”
“vitamin apa yang kau minum?”
“hanya suplemen biasa” jawabnya tersenyum tipis, “bagaimana
dengan pekerjaan doktermu?”
“baik”
“betapa ngerinya jika kau melakukan operasi, tanganmu pasti
penuh dengan darah”
“ne”
Gadis disampingku ini kembali memainkan gadgetnya, dia
seperti tidak penah berniat tanya lebih jauh tentangku.
...
TBC
hehhee... aneh ya? taulah ini ff muncul waktu aku lagi bosen. DON'T BASH oke? just fiction
Tidak ada komentar:
Posting Komentar