Minggu, 25 Mei 2014

SHADOW (First)

Shadow



Main Cast : Sehun, Yoona, Suho, Taeyeon (?)

Genre : sad, hurt, romance, flashback

Rating : 18+

Length : chapter

Desclaimer : murni dari pikiranku sendiri. Cast milik Tuhan dan orang tua mereka. Dilarang memPLAGIAT!

link poster : http://hsgseasondua.files.wordpress.com/2014/05/shadow2.png (ladyoong @HSG)

disini ceritanya Sehun-Taeyeon umurnya sama. Yoona-Suho umurnya satu tahun lebih muda dari Sehun

semuanya Sehun pov

nb : gak jelas, aneh, typo

okay! HAPPY READING!


“YAK! Apa yang kau lakukan bodoh?!”

“mwoeya??! Minggir!!”

Namja itu hanya memandang kesal yeoja yang ada didepannya

“aaaaaaa!!”




Hampir terjatuh tetapi tangan panjang itu menariknya, dengan posisi tetap membungkuk dan menatap yeoja itu dengan wajah diamnya

“lepas!!” teriak sang yeoja

Buuk

“yak! Sehun! Kenapa kau berbuat seperti itu?!” kesalnya

“kau mengatakan agar aku melepaskanmu, bodoh!” kesal namja bernama Sehun tak mau kalah lalu pergi meninggalkan gadis itu ditengah jalan remang dan gelap itu

Braaakk

nafasnya tiba-tiba tercekat...sedetik kemudian “Taeyeon!!” teriaknya,

“Taeyeon...kajima...kajima” kata Sehun berulang-ulang

Darah segar itu mengalir dengan gembiranya dari kepala Taeyeon

“uljima, aku tidak...akan pergi, bodoh” jawab yeoja bernama Taeyeon itu sedikit tersenggal

Wajah Sehun benar-benar hampir ingin menangis

“wae, Sehun? Jangan menangis”, Taeyeon mengusap wajah Sehun lembut

“aku...aku men...”, Taeyeon meletakkan jemari tanggannya dibibir Sehun, “aku tahu Sehun dan aku juga tapi itu tidak mungkin”, ucapan Taeyeon semakin melemas

“Taeng! Taeng! Kajimaa!! Kajima... jangan tinggalkan aku!!” teriaknya terus menerus.

Itu lima tahun yang lalu, sekarang? Entahlah aku hanya merasa hidupku semakin datar saja, tanpa ada perasaan senang, gembira, sedih, terharu, marah, kesal dan lain sebagainya. Disaat orang lain memberiku selamat karena aku berhasil menjadi seorang dokter aku hanya tersenyum kecil, perasaanku tak bisa mengatakan bahwa saat itu aku sedang bahagia.

Sejak yeoja itu pergi, aku menjadi tak banyak bicara. Dia alasanku bicara, dia alasanku tersenyum dan bahkan dia alasanku menjadi seperti sekarang.

“kau ingin yeoja yang sepeti apa?” tanya gadis itu antusias dihadapan sahabatnya ini
Sehun hanya mengernyitkan wajahnya tak mengerti

“mwoya? Maksudku kau ingin seorang yang menjadi pendamping hidupmu seperti apa?”

“molla” jawab Sehun cuek

“apa-apaan kau ini? Bagaimana bisa kau tak memiliki gadis impian?” kesal Taeyeon

“kau sendiri, memang punya?” kataku mengejek

“tentu saja, bodoh!” kesalnya, “aku ingin namjaku itu seorang dokter”

“wae?”

“karna aku senang dengan jas warna putihnya”

“jinja? Kau ingin namja seorang dokter dengan alasan seperti itu? Konyol!” cibir Sehun

“itu jauh lebih baik darimu!” ejek Taeyeon

Kenangan itu menusuk kembali kedalam kehidupan sunyiku, kenangan yang selalu datang dan pergi tanpa meminta ijin dan keluar dengan seenaknya. Dia terus membayangiku, selalu seperti itu... Kim Taeyeon saranghae

“Sehun oppa!!”

“Krystal, panggil dia ajusshi” kata wanita disamping gadis kecil itu

“molla, Sehun oppa masih muda, jadi aku harus memanggilnya oppa” jawab Krystal memanyunkan bibirnya

“tak apa, nyonya Jung” kataku tersenyum

“oppa... apa kau akan memberiku hadiah?” tanya Krystal antusias

“ohh... tentu saja oppa akan memberikanmu hadiah tapi kau oppa periksa dulu” kataku tersenyum

“bagaimana, dok?” tanya nyonya Jung khawatir

“nyonya, kita akan melihat hasilnya seminggu kemudian. Apa dia hujan-hujanan?”

“ne... aku tak tahu saat itu jika sekolahnya pulang lebih awal dan saat itu keadaan hujan, tiba-tiba saja dia sampai dirumah dengan keadaan basah kuyup dan wajahnya sangat pucat” terangnya sedih

Aku merasakan perasaan takut kehilangan yang terpancar dari wajah nyonya Jung ini

“dia akan bertahan kan, dok?” tanya nyonya Jung memelas

“kita akan melihat hasilnya seminggu lagi, nyonya” jawabku berusaha tersenyum tenang.

Hari ini aku pulang larut, keadaan rumah sakit juga sudah sepi hanya beberapa orang yang mempunyai shift malam yang ada disini. Aku sedikit berlari ketempat parkir. Lenggang sekali...

 “bagaimana pekerjaanmu?” tanya appa ketika kami sarapan keesokan paginya

“Sehun... aku bertanya padamu bukan Soora”, aku mengangkat wajahku “baik” jawaban singkat tapi itu cukup bukan?

“bagaimana kesehatanmu?”, aku menatap appaku “baik”

“bagaimana kabarmu?”, aku terdiam mendengar pertanyaan itu, yang aku pikirkan dari jawaban itu adalah ‘tidak baik, sangat tidak baik’

“aku tahu jawabannya” kata appanya mengerti

“oppa! Kapan kau akan move on?” celetuk Suli tiba-tiba

Aku berhenti mengunyah dan menatap Suli datar, “sampai kau dewasa dan menjadi istriku”

“mwo?!” kaget Suli, tentu saja dia mengerti itu hanya sebuah lelucon

“jangan bercanda, hyung” Baekhyun menimpali

“aku mana mau dengan oppa! Oppa saja tidak cepat move on aku yakin yeoja lain juga tak akan mau dengan oppa jika oppa seperti itu!” kata Suli dengan entengnya itu adalah sebuah sayatan yang cukup dalam utukku

“siapa bilang tak ada yang mau dengan dongsaengku yang tampan satu ini? Tentu saja ada yang mau Suli” Soora noona juga ikut menimpali

“yaah... kita buktikan eonni”

Aku benci percakapan ini tapi aku berusaha meredamnya, aku tahu mereka hanya membantuku untuk melupakan gadis bernama Kim Taeyeon itu tapi ini sudah lima tahun dan aku belum bisa melupakannya sama sekali. Naas bukan?

Aku berdiri dari dudukku, karna memang sarapanku sudah selesai

“jangan pulang larut, appa ingin membicarakan sesuatu denganmu” tegur appaku, aku hanya diam tak menjawabnya dan melanjutkan jalanku

Aku melajukan mobilku dengan sangat pelan. Ohh... apa yang aku lakukan? Aku bukan berbelok untuk kerumah sakit tetapi mobilku aku lajukan kearah lurus. Aku hanya mengikutinya saja, aku tetap melajukan mobilku dering telepon dari handphone hampir sebesar piring itu tak aku hiraukan sama-sekali. Karna aku yakin itu Yuri, asistenku.

Lama aku membiarkannya terus menerus, aku tak tahan dengan bunyinya

“...”

“...”

“aku mengambil cuti hari ini”

“...”

“terserah”

Aku hampir lupa jika aku sedang menyetir

Braakk

Omo? Apa aku menabrak seseorang?

Aku segera keluar dari mobilku dan benar saja, seorang wanita setengah baya dengan sepedanya

“nyonya, gwenchana?” tanyaku sedikit khawatir, aku bergegas membantu mengangkat sepeda yang nyonya itu tumpangi

Aku ingat...ketika Taeyeon tertabrak oleh mobil sialan itu

“ah... gwenchana” nyonya itu tersenyum menjawabku

“kita kerumah sakit, nyonya?” tawarku

“ahh...anak muda, tidak perlu, aku baik-baik saja”

“ajhumma!!”, seorang namja berteriak dan mendekat kearahku dan nyonya yang aku tabrak

“kau?! Menabraknya?!” kata namja itu sengit

“mianhe” kataku singkat

“Yesung, sudah, aku baik-baik saja, cepat kembali selesaikan pekerjaanmu”

“aku tak apa tuan, lanjutkan saja perjalanan tuan” kata nyonya itu tetap tersenyum

Aku menghela nafasku dan melajukan mobilku lagi. Pening sekali kepalaku

“Sehun, kau ini bodoh sekali sih?” gerutu Taeyeon

“hey! Berhentilah mengataiku bodoh!” sebal Sehun

“oke...oke... tapi ini matematika Sehun, ayolah”

“aku malas, Taeng”

“kau tak boleh malas dan kau sudah tahu apa tujuan hidupmu?”

“mwo? Molla, aku tidak memikirkannya”

“jinjayo?! Kau harus memikirkannya!” teriaknya

“ahh... kau ini berisik sekali, aku malas memikirkannya” terangku

“huh! Jika esok aku akan menikah denganmu aku akan menolaknya”

“siapa juga yang mau menikahi yeoja cerewet sepertimu?”

“YAK!!!!”, teriakan Taeyeon jauh lebih keras daripada sebelumnya.

Ckiiiitttttttt

“Taeyeon, Taeyeon! Taeyeon! TAEYEON!!” teriakku frustasi.

“besok kita makan malam dengan rekan bisnis appa” kata appa malam itu ketika aku pulang

 “ini bukan menyangkut pekerjaan, ini tentang perjodohanmu dengan anak dari teman bisnis appa”

Aku membulatkan mataku sempurna dan....

“aiiihh... dongsaengku tampan sekali” puji Soora noona padaku, aku hanya menatapnya sekilas

Aku tidak berkomentar karna aku malas dan juga soal ajakan appa, aku tak begitu memperdulikannya. Aku keluar dari kamar mendapati Baekhyun berdiri didepan kamarku dengan tuxedonya juga

“Sulli tidak ikut, hyung” katanya parau

“flu?” tanyaku singkat, Baekhyun hanya mengangguk.

“annyeonghaseo, mianhe tuan sedikit terlambat” kata appaku ramah

Setelah itu aku tak mendengarkan percakapan mereka, duduk dengan tenang aku menatap hanya kosong

Sampai kapan kau akan seperti ini Oh Sehun??

Pertanyaan itu selalu terngiang, menari-nari, melayang bahkan kadang tertulis besar seperti banner diotakku. Jika saja waktu itu aku tak melepaskan tanganku pada tubuhnya, jika saja waktu itu aku membantunya berdiri dan membawanya kepinggir jalan, jika saja waktu itu aku tak terlalu egois dan gengsi mungkin dia masih bersamaku, disini, menemaniku tertawa dan berbincang setiap hari tanpa ada jeda sedikitpun

“ehm... Sehun”, dehem appaku menyadarkanku dari ‘regret’ yang menyeruak masuk kedalam perasaanku tentang kejadian 5 tahun silam. Aku mengangkat wajahku melihat kearah appaku dan aku mengerti apa yang diisyaratkannya

“annyeong, Oh Sehun imnida, mianhe karena tadi aku melamun” kataku memperkenalkan diri, senyuman ini ohh... aku mohon muncullah sebagai tanda hormat kepada tamu yang ada didepanku

“aku Im Seohyun kau bisa memanggilku ajhumma. Sepertinya kau seorang namja yang pendiam ya Sehun-ssi?”

Aku hanya mengendikkan kepalaku sedikit dan tentu saja tersenyum datar

“aku tak percaya Seung Hyun jika anakmu akan menjadi seorang dokter bukan seorang pengusaha sepertimu”, itu pasti tuan Im suami nyonya Im yang tersenyum padaku

“tak semua harus berturut pada keturunan Yonghwa”, mereka tertawa renyah

“hyung” bisik Baekki pelan, aku hanya menatapnya “aku lapar”, “kau tahu bukan makanan belum siap” jawabku kembali keposisiku semula

“ah...iya Sehun-ssi, perkenalkan ini anakku”, aku menatap yeoja yang duduk disebelah tuan Im, sedari tadi dia menunduk dan aku menebak dia sedang memainkan ponselnya

“ahh... annyeong Im YoonA imnida, mianhe aku tidak sopan” katanya dengan suara rendah

Aku hanya menatapnya datar dengan tatapan yang kosong, jadi ini wanita yang akan dijodohkan denganku? 

Apa appa pikir akan berhasil menghilangkan bayang-bayang Taeyeon selama ini?

“annyeong Im Kyungsoo imnida”, seorang namja disebelah anak putri tuan Im itu tersenyum sumringah, sepertinya umurnya tak jauh beda dengan Baekhyun

Tak sengaja aku menatap yeoja tadi, dia kembali sibuk menunduk, yang aku pikirkan hanya satu. Dia sedang bermain game

“ahhh...sedikit lagi” dengusnya kecewa

“Yoona... jaga sikapmu” bisik tuan Im yang terdengar jelas olehku

“Yoona senang bermain games?” tanya eommaku tersenyum

“ne, tapi aku lebih senang membuatnya”

Mataku memang melihat kesegala arah, kadang juga mataku kosong tetapi telingaku sangat tajam untuk mendengar tiap percakapan

“membuat game?”

“ahh... ajhumma tak perlu terkejut, aku hanya bisa membuat game dengan opsi dan proses yang mudah saja, aku tak bisa jika aku harus memilih opsi yang sulit”

“kenapa tak mencobanya?”

“aku belum terlalu berani, ajhumma, aku ingin meningkatkan kemampuanku terlebih dahulu setelah sunbaeku menyetujui  apa itu benar atau tidak”

“aku dengar kau berkuliah di Harvard?”

“hehe...ne”, dari suaranya dia terdengar sedikit malu, ya aku tahu Harvard itu apa

“kapan kau akan lulus?”

“aku hanya tinggal menyelesaikan skripsiku lalu bulan Juni aku akan wisuda”

“Sehun sendiri?”, kali ini nyonya Im yang bertanya padaku

“aku lulusan kedokteran Dongguk University dan sekarang aku bekerja di Seoul Center Hospital”

“waah... itu salah satu rumah sakit terbesar di Korea” kata nyonya Im tersenyum

“sebagai dokter?”

“spesialis bedah” jawabku datar

“kau tak ingin mengajak Yoona jalan-jalan, Sehun?”

DEG

Tawaran appaku ini benar-benar, aku benar-benar tidak ingin, aku ingin menolaknya tetapi aku malas berkomentar. Well, aku hanya mengangguk

“noona...” kali ini adiknya yang berbisik

“ne? Ohh...” katanya mengangguk

Dia menatapku datar tetapi sesaat kemudian dia memalingkan wajahnya dariku.

Kami berjalan beriringan, aku memasukkan tanganku kesaku celanaku sedangkan gadis disampingku ini? 

Dia tetap berkutat pada tabnya

“ahh... eotokke, padahal  ini sudah aku setting, jinjayo, Morino pasti mengubahnya” gerutunya

Kami duduk dibalkon restoran tersebut, angin malam benar-benar sangat menyenangkan hari ini. Dia memainkan game itu lagi, kalah, bermain lagi, kalah hingga aku benar-benar gemas dibuat olehnya. Aku menarik gadgetnya memainkan game tersebut, tak butuh waktu lama aku memenangkannya. Dia hanya menatapku bingung

“gumawo”

Terlontar seketika, setelah itu hening, hanya suara dari tab milik yeoja yang tengah duduk disampingku yang terus bergema

“kenapa kau mau dijodohkan?”

Aku meliriknya sekilas, dia memulai pembicaraan? Aku pikir akan hening seperti ini terus

“kau mendengarkanku, Sehun-ssi?” ulangnya, “aku tidak mau, tapi aku malas berkomentar”

“dan malas beradu mulut dengan kedua orangtuamu?” tanyanya. Aku hanya meng-iya-kan, karena memang iya

“wuuiiihh... sama alasan kita, aku juga menolak tetapi karena salah satu perusahaan game di Inggris memintaku untuk membantu pembuatan game-nya aku jadi diam saja tak menjawab dan mereka menganggapnya itu jawaban iya”

“apa hubungannya?” tanyaku, “tentu saja ada, aku sudah pusing karena memikirkan rancangan game itu jika aku berkomentar dalam perjodohan ini maka aku akan pusing memikirkan dua masalah” terangnya

“lebih sepele masalah yang mana?”, entah energi darimana suaraku kembali, aku hanya merasa ringan saja berbicara dengan yeoja weird didepanku ini

“lebih sepele tentang perjodohan ini, jika kita sama menolak masalah akan cepat selesai, jika game rancangan itu chipnya salah maka game itu akan dianggap gagal. Jika game rancangan kami ditolak itu berarti kami akan rugi sangat besar”

Aku hanya manggut-manggut

“bagaimana denganmu? Kau pasti sudah memiliki yeojachingu bukan? aku tahu”

“ne, aku sudah mempunyainya” jawabku, “baguslah, tinggal mengatakan pada orang tua kita jika kita memang tak pantas dijodohkan, selesai. Aku bisa cepat kembali ke Amerika bersama dengan kertas, buku dan laptop kesayanganku”

“oh...iya, dimana yeojachingumu? Kenapa tak diajak kemari saja? Kau kan bisa memperkenalkannya pada orang tuamu?" dia bertanya sangat antusias tetapi terdengar cuek

“heaven, in heaven” jawabku pelan, “mwo? Maksudmu?” tanyanya, “heaven” ulangku sembari menatap sorot matanya

Mata rusa? Dia memilikinya

“oh...mianhe” katanya enteng menghilangkan senyuman diwajahnya, “kau sendiri? Bagaimana dengan namjamu?”

“aku? memiliki namjachingu? Wuuaah... semua orang pasti akan tertawa terbahak-bahak”

“maksudmu?”

“tentu saja, seorang gadis sepertiku mana ada waktu untuk mengurus hal seperti itu. Tugas kuliah, tugas rumah, kerja sampingan, olimpiade dan lain sebagainya. Itu saja sudah membuatku pusing apalagi jika aku mempunyai seorang namja, bisa-bisa dia selingkuh dibelakangku karena aku tak pernah ada waktu untuknya” jawabnya tertawa kecil

“sesibuk itukah kau?”

“nee... aku menggunakan seluruh hariku utuk mengerjakan semua yang aku bisa, aku tak mau membuang setiap jam dalam hidupku”

“apa keuntungan kau melakukan itu semua?”

“tentu saja keuntungannya aku sudah bisa mencari uang untuk diriku sendiri, appa dan eommaku juga tidak terlalu sering mengirimiku uang kecuali jika sangat terpaksa aku akan meminta mereka. Untuk kerugiannya, kadang aku merasa sedikit lelah, tapi setelah minum vitamin aku kembali segar”

“vitamin apa yang kau minum?”

“hanya suplemen biasa” jawabnya tersenyum tipis, “bagaimana dengan pekerjaan doktermu?”

“baik”

“betapa ngerinya jika kau melakukan operasi, tanganmu pasti penuh dengan darah”

“ne”

Gadis disampingku ini kembali memainkan gadgetnya, dia seperti tidak penah berniat tanya lebih jauh tentangku.

...



TBC


hehhee... aneh ya? taulah ini ff muncul waktu aku lagi bosen. DON'T BASH oke? just fiction

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sehun

Sehun

YoonA

YoonA