Leaving
Main Cast : Im YoonA, Xi Luhan, Seo Joo Hyun
Genre : sad, hurt, angst *mungkin, happy *dikit
Rating : 15+
Length : Ficlet
Desclaimer : murni dari pikiranku sendiri. Cast milik Tuhan dan orang tua mereka. Dilarang memPLAGIAT!
link poster : https://wyfnexokingdom.files.wordpress.com/2014/05/leaving-fumi-nakamuras-req-copy.png?w=400&h=533 Pinkfairy @ EXO Kingdom Fanfiction
annyeonghaseoo!! dateng lagi FF baru dari author Fumi *kekeke. ini FF terinspirasi dari lagunya Westlife-Leaving *maklum penggemar beratnya xD*. mungkin agak beda dikit tapi hampir mirip lah atau emang bener-bener mirip. eh? taulah ya xD
nb : gak jelas, aneh, typo
langsung aja! *gausah peduliin omongan diatas* HAPPY READING, jangan LUPA COMENT dan gamsahanida udah mampir :)
(all=Luhan's pov)
Flashback
“Yoong” panggilku tercekat
Aku mendekatinya, “aku—”
“cu—cukup oppa” potongnya langsung
pergi meninggalkanku
“oppa” panggil suara yang lain, aku
menatapnya sekilas dan langsung meninggalkannya
“oppa!!!” teriaknya, aku tak menggubrisnya
dan tetap mengejar Yoona
“Yoong!!”
“YOONAA!!!”
Flashback
off
Aku menatap
jam dinding yang tertempel rapi didinding apartementku, sejak terakhir saat itu
dan sejak terakhir kau menghubungiku.
Ini sudah
larut dan aku tak bisa memejamkan mataku dengan tenang.
Aku terduduk
dipojok ruangan apartemenku, menatap bulan sabit terang yang begitu menawan.
Ada sesuatu
yang lain. Ada sesuatu yang berbeda. Kenapa kita harus berpisah secepat ini?
Seandainya
aku lebih bisa menahan perasaanku. Seandainya aku bisa lebih memahamimu.
Seandainya aku bisa lebih mengerti tentangmu. Seandainya aku tak goyah dalam
perasaan dan perhatian yang dia berikan padaku.
Aku masih
bisa memilikimu hingga saat ini, menatapmu, mengelus puncak rambutmu bahkan
melumat bibir indahmu yang aku tahu itu hanya akan menjadi milikku.
Apakah aku
benar-benar akan kehilanganmu malam ini? Dan untuk malam-malam selanjutnya?.
09.00 KST
Aku berjalan
pelan, tak ada niatku untuk bersiap pergi kekantor. Aku malas, aku ingin
menenangkan pikiranku sejenak
“Yoona”
gumamku pelan
Kaki ini tergerak
mendekatinya tapi—seseorang yang lain tengah berjalan mensejajari langkahnya
dan mereka tertawa
Apa senyuman
itu kau berikan pada semua orang? apa aku terlalu percaya diri mengatakan bahwa
senyumanmu itu hanya untukku?
Maafkan aku
Tuhan dan maafkan aku Yoona. Aku menyesal.
17.00 KST
Aku duduk
dihalte tempat dia biasanya menunggu bis
“annyeong,
oppa”, aku menoleh malas, tentu aku tahu siapa suara ini
“apa yang
kau lakukan disini?” tanyaku dingin
“tadi aku
melihatmu jadi aku ingin—”
“pergilah”
potongku cepat, dia tak bergeming sama sekali dari tempatnya
“pergilah,
Seohyun” ulangku
“wae? Apa
kau takut dengan Yoona?” tanyanya polos
“aku tidak
takut tapi aku masih mencintainya” jawabku
“lalu
bagaimana denganku? Bagaimana dengan ucapanmu waktu itu?!”
“aku memang
menyayangimu tapi aku sadar itu hanya karna aku menganggap kau adalah adikku”
jelasku
“mwo?!”
“apa kau tak
merasa bersalah dengan Yoona? Kau dekat dengannya”
Dia menghela
nafasnya panjang, “aku lelah jika terus bersaing dengannya, bahkan orang yang
dia cintai—”
“Seo,
pergilah, aku benar-benar tak ingin membentak seorang wanita” potongku.
“Yoona” gumamku
Dia berjalan
pelan. Wajah itu? ayolah, Yoong, aku mengenalmu sudah hampir 4 tahun.
“annyeong,
oppa, lama tidak bertemu” sapanya hangat seperti biasanya tetapi rasa canggung
itu terasa
Dia
tersenyum bahkan menurutku sangat manis dari biasanya
Tapi aku
tahu, aku tahu kau pergi, aku tahu dari senyuman manismu saat ini, aku bisa
saja mengatakan padamu bahwa kau menangis tapi kau tak akan mengubah pikiranmu
sedikitpun
Jleg
Aku menoleh,
tampak seorang lelaki berperawakan tinggi, berkulit pucat, berwajah lonjong,
berambut coklat dan beriris hazel coklat mendekat kearah kami dan tersenyum
“mianhe,
menunggu lama” katanya lembut dan mata lelaki itu beralih menatapku kaget
“gwenchana”
aku mendengar lirihan itu, lirihan berisikan nada perih, sakit dan tertusuk
sangat dalam
Apa itu
karenaku?
“aku pergi
dulu, oppa, jaga dirimu baik-baik” katanya tersenyum dan melenggang pergi menarik
pergelangan tangan lelaki itu.
Aku
menundukkan kepalaku dalam. Aku tahu itu ucapan selamat tinggal yang sangat
dalam
Aku ingin
menahanmu, memohonmu agar tidak pergi, memberiku kesempatan sekali lagi
Tapi aku
tahu kau sudah mengubah pikiranmu. Yoong, aku mohon jangan pergi!
Kemana mesin
waktu?
Kemana para
malaikat yang selalu membantu?
Kenapa jarak
antara selamat datang dan selamat tinggal sangat dekat?
Kenapa kita
datang untuk hubungan selama ini dan kemudian kita tinggalkan atas sesuatu yang
tak pernah ada jawaban darimu lagi?.
Aku kembali
ke apartementku, menjalani hidupku seperti biasa dan lagi aku tak berniat untuk
bekerja hari ini dan hari-hari selanjutnya. Aku lelah disetiap tubuhku, hingga akhirnya aku merebahkan diriku ke
sofa sambil menikmati sekaleng soju yang aku ambil dari lemari pendingin.
Setiap kali aku bangun, aku hanya menatap jam sekilas dan kembali tidur. Aku malas melakukan apapun.
“hoooaaamm”,
aku menatap jam dindingku kembali ‘sudah berapa lama aku tertidur? maksudku berapa hari’ batinku
Aku meraih
handphoneku yang tak jauh dari tempatku bersandar
20 message
10 voice mail 15 call
‘ah...sudah
3 hari aku tak menyalakan handphoneku’ batinku nanar
Itu dari
Suho (sahabatku), eomma, Sooyoung (sekertarisku) dan Seohyun.
Bisakah aku
berharap salah satu itu darimu Yoona?
Tiiitttttiiiittt
“Luhan! Apa yang terjadi? Kenapa kau
tak bisa dihubungi?”
“tenanglah,
Suho, aku baik-baik saja” jawabku lemas
“kau sedang sakit?”
“aniyo”
jawabku tertahan, “Yoona?” tanyanya
yang membuatku mendesah pelan
“Luhan, disini aku tak berniat
menyalahkan siapapun”
katanya tertahan, “itu sudah konsekuensi
atas perbuatanmu sendiri, Lu. Lalu, bagaimana dengan Seohyun? Kau tak
memperitungkannya dalam hatimu?”
“dia,
Seohyun, dia tak mengisi hatiku, Suho. Aku baru menyadarinya, hanya Yoona”
jawabku pelan
Dia mendesah
kecewa, “kau mempermainkan perasaannya?”
tanyanya terdengar seperti hujatan yang sangat dalam menusukku
“aku tak mempermainkannya
Suho. Dia datang saat hubunganku dan Yoona sedikit mengalami keretakan, dia
memberi perhatian padaku, bersikap sangat peduli padaku dan aku akui aku sangat
suka akan hal itu tapi sikap cuek dan tak peduli Yoona, itu yang membuatku
gila. Sikap gadis itu yang membuat jantungku terus berdetak, sesak bernafas,
membuatku sangat overprotektif bahkan terlalu berlebihan padanya”
“aku merasa
ingin selalu melindungi Yoona, Suho” jelasku
“sekarang jangan lihat dari sisi
Yoona, lihatlah dari sisi Seohyun. Jika Yoona ada disisi Seohyun dan begitupula
sebaliknya, apa kau akan melakukan hal yang sama?” tanyanya
“tergantung
perasaanku memilih, siapa yang benar-benar aku cintai” jawabku
“tadi aku menelpon Yoona, dia—”
Ting tong!!
“baiklah, selesaikan masalahmu” kata Suho memutus telepon kami.
Aku mendekat
dan mengecek siapa yang datang—Yoona?
Aku berdiri
diambang pintu, membiarkannya membuka pintu untuknya sendiri. Dia tercengang
melihatku, wajahnya. Dia—menangis.
Dia
mengeratkan pegangan tangannya pada tasnya, “kau—sudah—baik-baik—saja?”
tanyanya gugup
Aku ingin
mendekat, memeluknya hangat, memeluknya, mengelus puncak kepalanya sama seperti
dulu yang sering aku lakukan. Aku ingin selalu mendekapnya sekali lagi, sekali
lagi
“Suho?”
tanyaku dan dia hanya mengangguk pelan
“gwenchana,
kau tak perlu datang kemari seperti ini, apalagi ini sudah hampir larut” kataku
berusaha tersenyum, sama seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya
“jaga
kesehatanmu baik-baik, oppa. Aku—pergi dulu, annyeong” katanya gugup
“ingin aku
antar?” tawarku, dia terdiam ditempatnya
“mianhe—oppa—aku
bersama—Sehun” jawabnya menunduk
Blam
Perasaan itu
muncul. Sakit.
Malam ini
terulang lagi
Disini
datang malam tanpa tidur
Disini
datang air mataku akan menangis
Disinilah
selamat tinggal terakhir kami sebelum dia benar-benar pergi menjauhiku dan
kehidupanku yang masih terasa olehnya
Ini tidak
bisa benar-benar terjadi.
Dan kembali,
aku mendekap diriku dipojok ruangan apartementku, menyalahkan diriku sendiri
atas kecerobohan yang aku lakukan.
Berbahagialah bersama seseorang yang
sekarang berada disampingmu, aku tahu kau bisa mencintainya lebih dari kau
mencintaiku. Karna apapun seorang Oh Sehun jauh lebih sempurna dibandingkan
denganku.
THE END
hohoho... eottoke? hassh... ini ff muncul waktu aku dengerin lagunya Westlife dan clingg jadilah FF ini xD
sekali lagi gamsahamnida kalau kalian mampir apalagi smp coment :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar